Perjalanan Purworejo – Yogyakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam, sedikit mendung, membuat saya tertidur di sepanjang perjalanan.
“Mbak, tak tunggu di Mesjid Pakualaman, yo”.
Begitu isi chatt, ketika terbangun karena suara kondektur berteriak “Gamping…Gamping!”
*****
Bertempat di Alun – alun Sewandanan komplek kantor Wakil Gubernur di kawasan Pakualaman, Pasar Rakyat itu di gelar. Beragam Produk lokal UMKM dari berbagai penjuru Yogyakarta memenuhi stand pameran yang di gagas oleh Dinas Koperasi dan UMKM berkolaborasi dengan PLUT ( Pusat Layanan Usaha Terpadu KUMKM ) Yogyakarta.
“Mbak Lies, ada workshop Bullet Journal di JCM, ikutan gih, cek WAG, kuota terbatas lho”, begitu WA Mak Irul, salah seorang sahabat blogger yang tinggal di Yogyakarta di last minute penutupan jumlah peserta workshop. Beneran langsung buka WAG, semenit dua menit masih plonga plongo, opo kui Bullet Journal, dikira Mak Irul saya ini mudengan, canggih dan kekinian po, walah babarblas ora……hehehe.
Rumah tangga yang harmonis adalah impian semua orang, tak terkecuali saya. Dan untuk mewujudkannya memang tak semudah upload foto di instagram. Ya iyalah, Buk. Banyak hal yang harus di pelajari dan di mengerti, karena berumah tangga bagi saya justru memulai belajar tentang hidup dan kehidupan sepanjang masa bersama pasangan.
Mesjid Al Iman mungkin terasa asing di telinga masyarakat Purworejo, namun jika menyebut nama Mesjid Loano, maka segera akan tahu bahwa mesjid yang berlokasi di Jl. Raya Purworejo – Magelang Km. 7 ke arah utara dari pusat kota Purworejo, adalah sebuah mesjid tua yang dirikan pada sekitar abad XV atau pada tahun 1477 M, pada masa kejayaan Kerajaan Loano, yang dulunya sebagai pusat pemerintahan kota Purworejo pada jaman kerajaan Pajajaran sampai kerajaan Mataram.
Mesjid yang di yakini penduduk setempat sebagai mesjid peninggalan Sunan Geseng yang tak lain adalah murid dari Sunan Kalijaga ini, justru lebih tua dari Mesjid Demak yang didirikan oleh Sunan Kalijaga, yang kemudian menjadi pusat pemerintahan Raja Demak dan pusat syiar agama Islam di Pulau Jawa di masa lalu.
Istimewanya, masih menurut cerita penduduk setempat, bahwa pada puncak mesjid atau yang di sebut Mustoko ( bs,jawa : kepala ) terdapat papan kayu penunjuk arah mata angin, yang berubah – ubah arahnya, yang dipercayai jika terjadi perubahan arah tersebut, menunjukan tempat adanya musibah di Indonesia. Cuma sayangnya, ketika sampai di mesjid ini, saya tak menemukan papan kayu yang dimaksud atau mungkin telah hilang karena aus ditelan pergantian jaman yang telah lebih dari 5 abad, bersamaan dengan syiar agama Islam di Purworejo yang berkembang dan maju dengan pesat.
Tas dan saya adalah bagian yang tak terpisahkan, mungkin juga bagi jutaan umat manusia di dunia ini. Tas adalah bagian dari hidup dan gaya hidup. Seperti juga yang lainnya sayapun tiada hari tanpa tas . Banyak teman bilang saya ini orangnya simpel. Yes, rite ! Begitu juga yang saya tulis di profil akun twitter, tapi soal tas, mungkin saya agak – agak emak alay. Sedari masa sekolah sampai masa tua…..hihihihi tua yah ? Ya memang sudah tua, pilihan tas jatuhnya selalu tas besar – besar namun masih sedep dipandang mata jika saya pakai dalam segala macam acara. Kenapa ? Saya orangnya rempongan sodara – sodara…..
Yang kedua, tas saya harus ever long lasting, jadi memilih dari material yang awet dan kuat , model, klasik, warna netral dan yang paling penting bisa memuat banyak barang. Hampir semua tas saya baru ganti setelah tas bener – bener bluwek dan sangat tak layak sandang atau ganti tas karena tas kesayangan di gondol maling. #pengalamanpahit. Lanjutkan membaca “INILAH ISI TAS SAYA”
Serta merta dengan tergesa, membetulkan kerudung lebarnya yang membingkai wajah manis menyambut saya di pintu gerbang, tatkala dengan sengaja saya datang ke rumah sekaligus tempat usahanya tanpa memberi kabar terlebih dahulu. 🙂
Cerita itu berawal ketika saya diam – diam mengagumi postingan – postingan di dalam blognya yang humanis sekaligus agamis. Dan sekali waktu menemukan postingan yang bercerita tentang betapa repotnya wira – wiri Jogjakarta – Purworejo, mengurus putra sulungnya yang bersekolah di Jogjakarta, sedang Mak Ika tetap tinggal di Purworejo.
Dan entah lewat email atau apa saya lupa, tiba – tiba kami saling bisa tukar PIN BB dan saling bertanya tempat tinggal, yang akhirnya saya segera meluncur ke rumah Mak Ika, begitu tahu tempat tinggalnya tak jauh dari kantor saya.
Rasanya seperti apa ketika sesama blogger bertemu dan dalam komunitas yang sama pula, padahal di kota kami mungkin cuma kami yang di persatukan dalam komunitas yang sama. Persis seperti api nyamber bensin. Blup ! Menyalakan semangat. Menemukan oase. Menyatukan cerita. Lanjutkan membaca “KERLIP DUNIA IKA KOENTJORO”
Bagaimana wiken kemarin ? Asik tentunya ya…dan mmmmm hari ini Senin tangal 1 Februari 2016, hari baru, bulan baru semangat juga baru, karena……..??? Tanggal muda ! #krik, buat yang gajian, dompet pastinya sedang kembung – kembungnya, bagi yang gak gajian pastinya juga tebel dong ya……kan para suami selalu baik hati dan tidak sombong rajin menabung plus rajin nafkahin kita ya kan ? Kan ? Kan ? So, mari kita blanja – blanji sesuka hati. 🙂 #Tok ! dijitak suami Lanjutkan membaca “YUK, KLIK 5 ITEM IMPIANMU DI LAZADA”
Pagi menjelang siang nih, dari beberapa hari lalu udah pengin posting aja..apa yang sedang berkecamuk di dalam dada, cuma belum ‘klik’ sama waktu dan kesempatan. Jadi baru siang ini deh mau nulis tentang kisah Sulungku.
Saya mesti tersenyum – senyum dulu nih, sebelum mau mulai cerita….akhirnya saya juga melewati fase ini, di mana anak – anak saya mulai jatuh cinta… 🙂 Lanjutkan membaca “HER FIRST LOVE”
Status BBM saya beberapa hari lalu saya tulis begini,
Asik hujan lagi, mari kita hujan – hujanan #lupabawapayung
Itu saya tulis spontan setelah mengunci pintu kantor, sambil menunggu angkot yang membawa saya pulang, sontak beberapa komentar dari beberapa teman masuk menemani saya yang menikmati derai hujan di bawah kanopi kantor, dan komennya hampir senada….
Masa kecil kurang bahagia ya Lis, hari gini masih ujan – ujanan ?